Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang
sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia. Perkembangan
budidaya yang pesat tanpa didukung oleh kontrol yang baik terhadap penggunaan
induk telah mengakibatkan terjadinya perkawinan sekerabat (inbreeding) yang
tinggi. Perkawinan sekerabat ini telah menyebabkan terjadinya ketidakstabilan
pertumbuhan ikan yang ditandai oleh adanya penurunan pertumbuhan pada produksi
pembenihan dan pembesaran. Hasil evaluasi fluktuasi asimetri terhadap benih
yang berasal dari Sleman, Tulung Agung dan Bogor menunjukkan telah terjadi
peningkatan ketidakstabilan pertumbuhan lele dumbo yang ditandai dengan
tingginya tingkat asimetri dan abnormalitas.
Lele dikembangbiakkan di Indonesia untuk konsumsi dan juga untuk
menjaga kualitas air yang tercemar. Seringkali lele ditaruh di tempat-tempat
yang tercemar karena bisa menghilangkan kotoran-kotoran. Lele yang ditaruh di
tempat-tempat yang kotor harus diberok terlebih dahulu sebelum siap
untuk dikonsumsi. Diberok itu ialah maksudnya dipelihara pada air yang mengalir
selama beberapa hari dengan maksud untuk membersihkannya. Kadangkala lele juga
ditaruh di sawah karena memakan hama-hama yang berada di sawah. Lele sering pula ditaruh di
kolam-kolam atau tempat-tempat air tergenang lainnya untuk menanggulangi
tumbuhnya jentik-jentik nyamuk.
Lele adalah ikan budidaya air tawar
yang sangat populer. Produksi budidaya meningkat tajam tiap tahun, selama lima
tahun terakhir, antara lain karena luasnya pasar bagi lele. Lele disukai
konsumen karena berdaging lunak, sedikit tulang, tidak berduri, dan murah. Dari
sisi budidaya, lele relatif tidak memerlukan banyak perawatan dan memiliki masa
tunggu panen yang singkat.
Ikan-ikan marga Clarias dikenali dari tubuhnya yang licin memanjang tak
bersisik,
dengan
sirip punggung dan sirip anus yang juga panjang, yang
kadang-kadang menyatu dengan sirip ekor, menjadikannya nampak seperti sidat yang pendek. Kepalanya keras menulang di bagian atas,
dengan mata yang kecil dan mulut lebar yang
terletak di ujung moncong, dilengkapi dengan empat pasang sungut peraba (barbels) yang amat berguna untuk
bergerak di air yang gelap. Lele juga memiliki alat pernapasan tambahan berupa
modifikasi dari busur insangnya. Terdapat sepasang patil, yakni duri tulang yang tajam, pada sirip-sirip dadanya.
Ada yang mengatakan,bahwa patil ini tidak hanya tajam tapi juga beracun dan
mengakibatkan panas tinggi jika orang tak sengaja terkena patil tersebut.
Sirip ekor, sirip punggung, dan sirip
dubur tidak bersatu, kepala relatif besar jari –jari sirip punggung dan sirip
dubur relative sidikit, batas depan ubun –ubun membentuk garis melalui bagian tengah
mata atau bagian depan mata, jarak antara sirip punggung dan kepala 4,5-
5,5 kali lebih pendek dari jarak antara moncong dan tonjolan keras di kepala,
mempunyai labirin, memijah pada saat musim hujan sampai awal musim kemarau, memakan serangga
dan bersifat carnivore, menyukai di dasar sungai berlumpur atau rawa pada anak
sungai, danau dan waduk serta sebagai ikan konsumsi penting, 60 -70 jari – jari
lemah pada sirip punggung, 47 -58 jari –jari lemah pada sirip dubur panjang
total 400 mm.
Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin, kecuali lele laut yang tergolong ke dalam marga dan suku yang berbeda (Ariidae). Habitatnya di sungai dengan arus air yang
perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Bahkan ikan lele bisa
hidup pada air yang tercemar, misalkan di got-got dan selokan pembuangan. Ikan
lele bersifat nokturnal, yaitu aktif bergerak mencari
makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung
di tempat-tempat gelap. Di alam, ikan lele memijah pada musim penghujan.
ikan lele lokal Indonesia
ikan lele jumbo indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar